Hirarki Nilai Wajar
Dalam
PSAK 68 paragraf 72 menyatakan bahwa untuk meningkatkan konsistensi dan
keterbandingan dalam pengukuran nilai wajar dan pengungkapan pernyataan yang
terkait. Pernyataan ini menetapkan hirarki nilai wajar yang mengategorikan dalam
3 level, yaitu:
1. Input Level 1 adalah
harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar aktif untuk aset atau liabilitas
yang dapat diakses entitas pada tanggal pengkuran. Harga kuotasian dipasar aktif
menyediakan bukti paling andal dari nilai wajar dan digunakan tanpa penyesuaian
untuk mengukur nilai wajar apabila tersedia. Dalam paragraf 69 terdapat
pengecualian terhadap input level 1,
antara lain:
a) Ketika
entitas memiliki dalam jumlah besar aset atau liabilitas (contohnya surat
utang) yang serupa (tetapi tidak identik) yang diukur pada nilai wajar dan
harga kuotasian dalam pasar aktif yang tersedia tetapi tidak dapat diakses
untuk setiap aset atau liabilitas yang serupa yang dimiliki individual.
b) Ketika
harga kuotasian di pasar aktif tidak merepresentasikan nilai wajar pada tanggal
pengukuran.
c) Ketika
mengukur nilai wajar liabilitas atau instrumen ekuitas milik entitas sendiri menggunakan harga
kuotasian yang identic diperdagangkan di pasar aktif dan harga tersebut perlu
untuk disesuaikan untuk faktor yang spesifik.
2. Input Level 2 adalah
input selain harga kuotasian yang termasuk dalam level 1 yang dapat diobservasi
untuk aset atau liabilitas, baik secara langsung maupun tidak langsung. Jika
aset atau liabilitas memiliki persyaratan (kontraktual) yang spesifik, maka
input level 2 harus dapat diobservasi untuk keseluruhan jangka waktu yang
substansial dari aset atau liabilitas tersebut. Input level 2 termasuk hal
berikut:
a) Harga
kuotasian untuk aset atau liabilitas di pasar aktif.
b) Harga
kuotasian untuk aset atau liabilitas yang identic atau yang serupa di pasar
yang tidak aktif.
c) Input
selain dari harga kuotasian yang dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas;
d) Input
yang diperkuat pasar (market-corroborated
inputs).
3. Input Level 3 adalah
input yang tidak dapat diobservasi untuk aset atau liablitas. Input yang tidak
dapat diobservasi digunakan untuk mengukur nilai wajar sejauh input yang diobservasi
yang relevan tidak tersedia, sehingga memungkinkan adanya situasi di mana terdapat sedikit, jika ada, aktivitas pasar
untuk aset atau liabilitas pada tanggal pengukuran.
Berikut
ini tabel ringkasan hirarki nilai wajar beserta contohnya.
Tabel 3.1
Hirarki Nilai
Wajar
Level
|
Karakteristik
|
Contoh
|
Level 1
|
·
Dapat diobservasi
·
Harga kuotasi di pasar aktif (tanpa penyesuaian)
|
·
Harga saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia
·
Harga kontrak berjangka komoditas pertanian di Bursa
Berjangka
|
Level 2
|
·
Harga kuotasi di pasar aktif untuk item serupa
·
Harga kuotasi untuk item identik atau serupa, tidak
di pasar aktif
|
· Harga penawaran yang diberikan dealer untuk
sekuritas yang tidak likuid dan dealer siap dan mampu untuk bertransaksi
|
Level 3
|
·
Input yang tidak dapat di observasi
·
Tetap diperlukan perspektif pasar
|
·
Data yang dihasilkan sendiri oleh perusahaan
·
Nilai yang dihasilkan dari modal yang dibuat dengan
asumsi manajemen, yang tidak dapat dikaitkan dengan data pasar yang tersedia
dan teramati.
|
Sumber : PSAK 68 (Pengukuran Nilai Wajar) & Buku 2 Akuntansi Keuangan Menengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar