Halaman

Rabu, 27 November 2019

HIRARKI NILAI WAJAR PSAK 68



Hirarki Nilai Wajar
Dalam PSAK 68 paragraf 72 menyatakan bahwa untuk meningkatkan konsistensi dan keterbandingan dalam pengukuran nilai wajar dan pengungkapan pernyataan yang terkait. Pernyataan ini menetapkan hirarki nilai wajar yang mengategorikan dalam 3 level, yaitu:
1.      Input Level 1 adalah harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar aktif untuk aset atau liabilitas yang dapat diakses entitas pada tanggal pengkuran. Harga kuotasian dipasar aktif menyediakan bukti paling andal dari nilai wajar dan digunakan tanpa penyesuaian untuk mengukur nilai wajar apabila tersedia. Dalam paragraf 69 terdapat pengecualian  terhadap input level 1, antara lain:
a)     Ketika entitas memiliki dalam jumlah besar aset atau liabilitas (contohnya surat utang) yang serupa (tetapi tidak identik) yang diukur pada nilai wajar dan harga kuotasian dalam pasar aktif yang tersedia tetapi tidak dapat diakses untuk setiap aset atau liabilitas yang serupa yang dimiliki individual.
b)  Ketika harga kuotasian di pasar aktif tidak merepresentasikan nilai wajar pada tanggal pengukuran.
c)    Ketika mengukur nilai wajar liabilitas atau instrumen  ekuitas milik entitas sendiri menggunakan harga kuotasian yang identic diperdagangkan di pasar aktif dan harga tersebut perlu untuk disesuaikan untuk faktor yang spesifik.

2.      Input Level 2 adalah input selain harga kuotasian yang termasuk dalam level 1 yang dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas, baik secara langsung maupun tidak langsung. Jika aset atau liabilitas memiliki persyaratan (kontraktual) yang spesifik, maka input level 2 harus dapat diobservasi untuk keseluruhan jangka waktu yang substansial dari aset atau liabilitas tersebut. Input level 2 termasuk hal berikut:
a)      Harga kuotasian untuk aset atau liabilitas di pasar aktif.
b)      Harga kuotasian untuk aset atau liabilitas yang identic atau yang serupa di pasar yang tidak aktif.
c)      Input selain dari harga kuotasian yang dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas;
d)      Input yang diperkuat pasar (market-corroborated inputs).

3.      Input Level 3 adalah input yang tidak dapat diobservasi untuk aset atau liablitas. Input yang tidak dapat diobservasi digunakan untuk mengukur nilai wajar sejauh input yang diobservasi yang relevan tidak tersedia, sehingga memungkinkan adanya situasi di mana  terdapat sedikit, jika ada, aktivitas pasar untuk aset atau liabilitas pada tanggal pengukuran.
Berikut ini tabel ringkasan hirarki nilai wajar beserta contohnya.

Tabel 3.1
Hirarki Nilai Wajar
Level
Karakteristik
Contoh
Level 1
·      Dapat diobservasi
·      Harga kuotasi di pasar aktif (tanpa penyesuaian)
·      Harga saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia
·      Harga kontrak berjangka komoditas pertanian di Bursa Berjangka
Level 2
·      Harga kuotasi di pasar aktif untuk item serupa
·      Harga kuotasi untuk item identik atau serupa, tidak di pasar aktif
· Harga penawaran yang diberikan dealer untuk sekuritas yang tidak likuid dan dealer siap dan mampu untuk bertransaksi
Level 3
·      Input yang tidak dapat di observasi
·      Tetap diperlukan perspektif pasar
·      Data yang dihasilkan sendiri oleh perusahaan
·      Nilai yang dihasilkan dari modal yang dibuat dengan asumsi manajemen, yang tidak dapat dikaitkan dengan data pasar yang tersedia dan teramati.

Sumber : PSAK 68 (Pengukuran Nilai Wajar) & Buku 2 Akuntansi Keuangan Menengah.

Jumat, 01 November 2019

ILUSTRASI VALUTA ASING & FIFO



CONTOH KASUS PSAK 10: PENGARUH PERUBAHAN KURS VALUTA ASING
Akuntansi untuk utang usaha yang di dominasi dalam mata uang asing.
Soal K11-4
PT Medan Jaya mengoperasikan took khusus di seluruh Indonesia. Took-toko tersebut dari dulu menyimpan persediaan dan menjual produk perlengkapan dapur dan kamar mandiyang diproduksi di Indonesia. Tahun ini, PT Medan Jaya mengadakan hubungan bisnis dengan perusahaan manufaktur di Lucerne, Swiss untuk membeli satu lini produk perlengkapan kamar mandi untuk dijual di tokonya. Sebagai bgian dari penjualan bisnis, pembayaran oleh PT Medan Jaya akan jatuh tempo dalam 30 hari setelah barang diterima. Dimana harga dinyatakan dan terutang dalam bisnis franc swiss.
PT Medan Jaya mencatat pembelian tersebut sebagai persediaan dan mencatat sebagai liabilitas pada saat barang diterima dari perusahaan Swiss. Menggunakan kurs Franc, Swiss pada tanggal pembelian persediaan dicatat. Pada saat dilakukan pembayaran. PT medan Jaya mendebit atau mengkredit persediaan. Setiap persediaan berbeda antara liabiita syang semula dicatat dan jumlah rupiah yang digunakan untuk melunasu liabilitas dalam franc Swiss. PT Medan Jaya menggunakan system persediaan perpetualdan metode persediaan FIFO dan dengan mudah dapat menelusuri penyesuaian tersebut ke persediaan spesifik yang dibeli.
Pertanyaan :
Cari standar akuntansi terbaru untuk akuntansi transaksi mata uang asing. Anda dapat memperolh akses ke Standar Akuntansi melalui perpustakaan atau dari beberapa sumber lain. Sebagai staf akuntansi dari kantor akuntan public yang mengaudit laporan keuangan tahunan PT Medan Jaya. Tulislah memo ke Mariam, maajer yang bertanggung jawab untuk audit, membahas auntansi transaksi kliennya dengan perusahaan Swiss.
Jawaban :
Standar akuntansi yang terkait dengan kasus tersebut yaitu PSAK 10 paragraf 21, yaitu pada pengakuan awal transaksi valuta asing dicatat dalam mata uang fungsional. Jumlah valuta asing dihitung dalam mata uang fungsional dengan kurs spot setara mata uang fungsional dan valuta asing pada tanggal tersebut, dan PSAK 10 Paragraf 23 dimana pada pos akhir setiap periode pelaporan,  pos moneter valuta asing dijabarkan menggunakan kurs penutup. Pos non moneter yang diukur dalam biaya historis dalam valuta asing dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal ketika nilai wajar diukur.

Soal 21.1
Bapak davi adalah staf bagian akuntansi baru di PT Nuri, perusahaan melakukan perencanaan pajak sehingga pajak yang dibayarkan minimal. Berikut adalah beberapa informasi terkait PT. Nuri.

*Selama ini, perusahaan menggunakan metode pencatatan persediaan dengan metode average cost method. Bapak Davi kemudian melakukan simulasi dengan menghitung persediaan menggunakan metode FIFO Data yang dihasilkan adalah sebagai berikut:
  

2014
2015
Persediaan akhir FIFO
365.000.000
375.000.000
Persediaan akhir Average Cost
226.000.000
240.000.000
Laba sebelum pajak (dihitung menggunakan metode Average Cost)
700.000.000
850.000.000

Diminta:
1.  Hitunglah perubahan pada laba bersih apabila PT. Nuri menggunakan pencatatan persediaan menggunakan FIFO.
2.      Perhitungkan dampak pajak dari perubahan metode tersebut, dengan asumsi pajak yang berlaku 25%.
3.      Hitunglah metode mana yang dapat memenuhi tujuan PT. Nuri untuk melakukan penghematan pajak.

 Jawaban:
1.
Tahun
Persediaan

Perbedaan
Laba kotor Average
Laba Bersih 25%

Average
FIFO



2014
226.000.000
365.000.000
139.000.000
700.000.000
525.000.000
2015
240.000.000
375.000.000
135.000.000
850.000.000
637.500.000

Laba Bersih FIFO 2014:
2014    ; Perbedaan x 25%
              139.000.000 x 25% = 37.750.000
              Kenaikan laba FIFO = 139.000.000 – 34.750.000 = 104.000.000
2015    ; Perbedaan x 25%
              135.000.000 x 25% = 33.750.000
               Kenaikan laba FIFO = 135.000.000 – 33.750.000 = 101. 250.000

Laba bersih FIFO
2014 : 525.000.000 + 104.250.000 = 626.250.000
2015  : 37.500.000 + 101. 250.000 = 738.750.000

2.   Pajak 25% (Average)
2014 : 700.000.000 x 25% = 175.000.000
2015 : 850.000.000 x 25% = 212.500.000
Total = 387.500.000

Pajak 25% (FIFO)
2014 : 139.000.000 x 25% = 34.750.000 + 175.000.000 = 209.750.000
2015 : 135.000.000 x 25% = 33.750.000 + 212.500.000 = 246.250.000
Total = 456.000.000


3.    Jika untuk melakukan peghematan pajak maka PT. Nuri harus menggunakan metode Average. Pajak yang dihasilkan dengan metode average lebih kecil yaitu 387.500.000 sedangkan pajak yang dihasilkan metode FIFO yaitu 456.000.000. karena Dampak dari perubahan metode tersebut adalah  jumlah   pembayaran  pajak yang dihasilkan oleh metode FIFO menjadi lebih besar dari metode Average.

SOAL L11-7

Pada tanggal 1 Desember 20x1, PT. RonImportir perusahaan Indonesia membeli jam dari selandia baru seharga 15.000 Dollar New Zeland (NZ$), yang akan di bayar pada tanggal 15 Januari 20x2 akhir tahun fiskal PT. RonImportir adalah 31 Desember dan mata uang pelaporanya adalah Rupiah. Kurs adalah sebagai berikut:

1 Desember 20x1        1 dollar = Rp.7.000
31 Desember 20x1      1 dollar = Rp 6.600
15 Januari 20x2           1 dollar = Rp. 6.800.

Pertanyaan & Jawaban

1.     Dalam mata uang apa transaksi tersebut di dominasi?
Mata uang di dominasi oleh mata uang Dollar New Zeland.

2.    Buatlah ayat jurnal yang digunakan PT.RonImportir untuk mencatat pembelian, penyesuaian untuk tanggal 31 deselmber dan penyelesaianya.

20x1:   1 Desember 105.000.000                          (NZ$ 7.000 x Rp. 15.000)
            31 Desember (6.000.000)                         (NZ$ 7.000 – NZ$ 6.600)
            31 Desember Total 99.000.000   saldo       (NZ$ 7.000 x RP 6.600)

20x2:   1 Januari (RP. 15.000 x (NZ$ 6.800 – NZ$ 6.600))               RP.3.000.000
            1 Januari penyelesaian ( RP. 15.000 x NZ$ 6.800)                 RP. 102.000.000

Jurnal:
a.       Unit mata uang asing  102.000.000
Kas                                                      102.000.000
(memperoleh mata uang asing)

b.    utang usaha Transaksi usaha mata uang asing                 99.000.000
Kerugian transaksi mata uang asing                                  3.000.000
            Unit mata uang asing                                                              102.000.000

Menyelesaikan utang dalam mata uang asing dan mengakui keuntungan dari perubahan kas sejak tanggal 31 Desember 20x1

Soal 21.3
Pada saat pemeriksaan laporan keuangan PT. Rumah Kita tahun 2015, ditemukan beberapa kesalahan antara lain:

1.    Utang kepada toko peralatan kantor sebesar Rp 50.000.000 yang berasal dari transaksi pembelian tanggal 30 Desember 2014, baru dicatat pada saat barang diterima yaitu 4 Januari 2015, karena menggunakan FOB Destination Point. Namun , akun perlengkapan per tanggal 31 Desember 2014 sudah memasukkan transaksi tersebut.
2.     PT. Rumah Kita belum mencatat Beban Komisi Penjualan kepada staf yang berhasil melakukan penjualan unit rumah kluster Rumah Kita di luar target sebesar Rp 20.000.000 terutang pada 31 Desemeber 2015.
3.      Nilai Persediaan Akhir atas unit rumah PT. Rumah Kita overstated sebesar Rp 500.000.000 pada Tahun 2015.

4.     Pada Pertengahan tahun 2015. PT. Rumah Kita membeli bangunan sebagai kantor pemasaran baru senilai Rp 420.000.000 yang memiliki masa manfaat 6 tahun dengan nilai sisa Rp 60.000.000. bangunan tersebut didepresiasikan dengan metode garis lurus. Pada saat pencatatan, nilai sisa belum dikurangkan saat perhitungan beban depresiasi.

Pertanyaan
Buatlah Jurnal Penyesuaian yang dibutuhkan oleh PT. Rumah Kita pada tahun 2015 terkait kesalahan diatas, dengan asumsi laporan keuangan PT. Rumah Kita belum ditutup buku.

Jawab:

Jurnal Koreksi

1.        Hutang                                         Rp. 50.000.000
Perlengkapan                                       Rp.50.000.000

2.        Beban Komisi                              Rp. 20.000.000
Hutang Biaya                                      Rp. 20.000.000

3.        Harga Pokok Penjualan                Rp. 500.000.000
Persediaan                                           Rp. 500.000.000

4.        Beban Depresiasi             Rp. 30.000.000
Akumulasi Peny. Bangunan                Rp. 30.000.000

Soal 21.4
Pada 1 Januari 2013, PT.Teguh membeli mesin seharga Rp   200.000.000 dan didepresiasikan selama 4 tahun menggunakan metode garis lurus tanpa nilai sisa. Pada 1 Januari 2015, PT. Teguh mengubah estimasi masa manfaat mesin menjadi 5 tahun dari tanggal pembelian dan memiliki nilai sisa Rp 10.000.000.

Diminta:
1. Hitunglah Saldo Akumulasi Depresiasi pada akhir tahun 2015! 
2.  Hitunglah Depresiasi mesin pada tahun 2015! 
      3.  Buatlah Jurnal untuk mencatat hal-hal terkait mesin pada tahun 2015!
4. Terkait perubahan tersebut, bagaimana standar akuntansi mengharuskan cara pelaporan yang benar?

Jawab:
1.    Penyusutan = 250.000.000 / 4 = 50.000.000
Perubahan estimasi penyusutan = 200.000.000 – 10.000.000/ 5 = 38.000.000
                                                                                                                    
Saldo akumulasi akhir tahun 2015:
2013           Rp. 50.000.000
2014           Rp. 50.000.000
2015           Rp. 38.000.000
Total          Rp. 138.000.000

2.    Depresiasi mesin tahun 2015 sebesar Rp. 38.000.000

3.    Jurnal  mesin  2015:
Beban Depresiasi                                        Rp 38.000.000
Akumulasi Depresiasi                                     Rp 38.000.000
 
4.    Standar pelaporan yang benar yaitu:

2015
2014
2015
Peralatan
200.000.000
200.000.000
200.000.000
Akm. Depresiasi
138.000.000
100.000.000
150.000.000
Peralatan  Net
62.000.000
100.000.000
50.000.000
Beban Depresiasi
38.000.000
50.000.000
50.000.000